Pada Dinding Hampa Siklus Semesta

Pada Dinding Hampa Siklus Semesta
Sesaat melintasi senja merah menghitam..........

Share

Bookmark and Share

Laman

Senin, 14 November 2011

Simpang Bercabang


Hari ini mulai melangkah lagi…..
Mengikuti jejak-jejak yang kembali nampak…..
Setelah cukup melemaskan kaki dan sejenak melepaskan kantuk….
Dari sebuah persimpangan “TIGA” arah yang membingungkan…..

Hati kecil mengisyaratkan kepada kaki kanan untuk segera beranjak….
Mengikuti arah gemercik air yang  samar terdengar di kejauhan…..
Jalur tengah menuju tenggara agaknya…..
Itulah arah yang ditunjukkan oleh sentuhan angin pagi….

Ufuk fajar memerah seketika…..
Tatkala bergeser tujuh langkah dari tempat semula….
Kuncup tunas perdu menyembul silih berganti…..
Meneteskan sisa embun yang telah menggumpal…..
Sejauh pandangan hanyalah hijau yang berseling kabut tipis…..

Jalan berbatu ini makin menanjak, kawan……!!
5’..10’..30’..45’..65’ kembali 0’ pada sebuah hamparan yang agak lapang….

Tertegun sejenak memandang pada ketinggian…..
Butiran air mengucur deras, memancar dari sisi tebing berlumut…..
Intuisi telah mengantarkan jiwa dan hati tuk tiba di sini….
Salah satu dari sekian banyak pori-pori bumi yang lama tersembunyi….. 

Akhirnya inilah saatnya rehat kembali….
Membasuh sekujur tubuh yang  penuh peluh…..
Membersihkan noda-noda yang masih melekat…..
Mengisi kembali segala perbekalan…..
Lalu segera melanjutkan lagi perjalanan…..
Yang ternyata masih teramat panjang…..

Kali ini terbentang di depan : Persimpangan “LIMA” arah yang selalu membisu…..
Tetap harus memilih “SATU” yang akan ditempuh…..


Muhamad Gunawan Priadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar